11 Oktober 2011

Masa putih abu-abu hanya sekali

Memang benar dan tak perlu statement yang panjang kali lebar. Setiap remaja yang mempunyai kemampuan, niat serta finansial yang cukup akan melalu satu tahap pendidikan yang dinamakan sekolah menengah atas (SMA). Berbagai hal dilakukan oleh orangtua demi terwujudnya pendidikan yang layak bagi anaknya. Bahkan sampai berhutang pada lembaga non bank atau pengadaian demi mendapat dana yang segar.
Di sisi lain anak berjuang dalam akademik untuk mendapatkan bangku sekolah. Tak sekedar memilih, anak sekarang terlalu banyak pemilih, bersikap instant dan mempunyai gengsi yang tinggi. Memilih sekolah yang favorite atau yang telah mempunyai nama di masyarakat luas, dan prestasi sekolah yang akan dituju pun menjadi salah satu bagian penilaian pemilihan sekolah.
Setelah melewati beberapa proses seleksi penerimaan siswa baru, akhirnya harapan orangtua serta anak terwujud. Sang anak mampu masuk sekolah favorite dan merupakan cita-cita sejak lama. Sedangkan orangtua puas karena sedikit bisa menuruti keinginan sang anak.
Tahun demi tahun pelajaran berlalu seiring dengan berjalannya waktu. Sang anak tumbuh semakin dewasa, baik secara fisik maupun psikis. Pergaulan pun semakin meluas tak hanya sekitar lingkungan rumah namun mulai meluas sesama siswa SMA. Disini orangtua diuji dengan pengawasan mendidik dan menjaga seorang anak. Memang menjadi sebuah kewajiban orangtua menjadi pendidik utama dan pelindung seorang anak. Namun pengawasan tak selamanya berjalan mulus. Anakpun mempunyai peran yang sangat tinggi akan dirinya sendiri. Akankan menjadi anak yang berguna atau tumbang di tengah jalan. Terpengaruh sesama teman atau berusaha tetap menyesuaikan diri dan menjaga diri dari pengaruh negatif.
Ini merupakan kisah nyata dari seorang teman saya, sebut saja enda. Aku mengenal enda sejak pertama bersekolah, namun sedikit agak akrab saat tingkat 11 semester 2. Awalnya aku akrab karena salah satu temanku sedang ada konflik dengan teman sebangkunya. Demi menjaga kekondusifan saat belajar di kelas. Kami bertukar teman bangku, dan akhirnya aku duduk sebangku dengan enda. Semakin berjalannya waktu, berteman dengan enda biasa saja, malah terkadang membosankan dan bikin turun prestasi aja. Bukannya membuka kedok teman, tapi ini Cuma sebagai pelajaran saja tanpa maksud menjelek-jelekan pihak tertentu. Temanku yang satu ini memang istimewa, selain hobi tidur di kelas, jago ngibulin orang, dia paling demen pamer barang yang belum jelas asalnya.ini terbukti dan menjadi alasannya mengapa teman-temanku tidak mau bergaul dengannya , alasannya cukup simple,di tukang kibul ulung. Dan benar saja satu demi satu kedoknya terbuka. Contoh kecil saja, enda ke gape oleh temannya, dia mengaku bahwa rumah yang pernah mereka kunjungi bersama teman terdekatnya adalh rumahnya padahal itu rumah majikan ibunya. Kejadian lain yang masih terkait dengan enda, suatu hari seluruh tingkat 11 mendaptkan tugas dari sekolah untuk latihan berwirausaha dengan cara menjual produk minuman ringan. Permasalahn dimulai ketika akhir periode dari tugas harus dikumpulkan terjadi kekurangan yang terhitung banyak. Kami semua dalam keadaan yang bingung serta panik, karena siapa yang akan bertanggung jawab atas semua kejadian yang sedang menimpa kelas kami. Akhirnya ketua kelas berinisiatif untuk melaporkan pada salah satu guru yang mempunyai kemampuan untuk melihat hal-hal gaib, guru tersebut menhatakan bahwa beliau telah mengetahui siapa yang telah melakukan semuanya, namun begitu bijaknya beliau, beliau sama sekali tidak menyebutkan inisialnya, karena beliau takut kedepan akan berdampak pada anak tersebut. Namun kami satu kelas hanya mempunyai satu nama untuk dislahkan dalam masalah ini “ENDA”.
Dan ini puncak dari cerita hidup enda semasa SMA. Ini terjadi ketika atau bahkan sebelum kami melakukan tugas akhir yaitu PRAKERIN atau Praktek Kerja Industri. Dalam saat-saat seperti ini biasanya banyak anak yang terpaksa tumbang ditengah jalan, terpaksa keluar dari sekolah dan berakhir dengan pernikahan. Anda mengerti ? hamil diluar nikah. Di masa PRAKERIN biasanya siswa banyak yang ngekost dengan dahlil biar dekat dengan tempat praktek dan lainnya. Namun bagi sebagian anak yang dulunya di rumah merasa terkekang menjadi ajang untuk membebaskan diri dari kekangan orangtua, di samping itu di masa PRAKERIN kami sama sekali tak perlu datang ke sekolah untuk belajar, lengkaplah sudah, pintu hura-hura sudah di depan mata, tinggal di nikmati saja.
Dan cerita berasal dari orang yang mungkin dari awal sampai saat ini disebut-sebut dan terlihat menjadi pihak yang terlalu bersalah dan secara sengaja disudutkan oleh penulis. Tapi sekali lagi ini hanya menjadi pembelajaran untuk kita saja. Cerita dilanjutkan kembali, 3 bulan telah berakhir dan ini menjadi masa terberat untuk kami, akan kah menjadi anggota kelas yang masih untuk atau terpaksa kehilangan teman sepejuangan. Awalnya kami bahagia karena kelas kami masih untuk 36 anak kembali dari tempat PRAKERIN dengan selamat dan membuat sedikit lega walikelas kami. Namun seiring berjalannya waktu keganjilan terjadi di antara kami, kami merasa ada yang aneh dengan seseorang. Terpaksa kami bersu’udzan ria dikelas, bercanda yang kadang menyakiti seseorang yang mungkin sedang mengalaminya. Yah kami semua kompak menduga bahwa enda telah berbadan dua. Kesu’udzanan kamipun tidak tanpa alasan, beberapa dari kami malah secara terang-terangan memperhatikan enda dan sikap-sikapnya yang mirip dengan ibu hamil. Sepertinya kalau diceritakan disini maka akan menjadi panjang lebar. Aku ceritakan secara singkat saja, mulai dari sikap jalan, makan, mood, dan kebiasaan dapat disimpulkan bahwa enda hamil. Kabar ini terdengar sampai ke pihak BP, dan pihak tersebut segera menindaklanjuti. Singkat cerita enda teman teristimewa ku itu telah secara resmi di DO entah dia mengundurkan diri atau karena memang ini kebijakan sekolah yang harus menjunjung tata tertib.
Cerita di atas memang terjadi tidak direkayasa di bagian manapun, namun pihak penulis tidak berniat untuk menjatuhkan pihak tertentu namun hanya sebagai contoh untuk kita remaja putri yang sedang menjadi “bunga yang sedang mekar”, agar cerita di atas tidak terjadi lagi pada remaja putri lainnya. Semoga cerita di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Dengan contoh di atas kita dapat memikirkan apa yang akan kita lakukan dan dampak yang akan dirasakan.    
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar