11 Oktober 2011

Catatan akhir sekolahku...

Teman kadang menjadi sosok yang sangat kita butuhkan saat kita sedih dan butuh wadah untuk mengungkapkan semua hal yang kita rasakan. Namun kadang teman menjadi bumerang bagi kta bahkan musuh yang siap menjatuhkan kita kapanpun dan dimanapun.
Kisah yang satu ini benar-benar penulis rasakan, sepertinya tokoh utamanya adalah penulis. Mari kita simak ceritanya. Panggil saja aku oin, sekarang aku duduk di tingkat 12 semester 2. Tinggal menghitung bulan aku akan meninggalkan sekolahku ini dan akan aku lanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, amin. Kisahku ini dimulai dari ujian penjajakan yang diselenggarakan oleh sekolah. Awalnya terlihat lancar dan tertib, namun sesungguhnya yang terjadi terdapat banyak kecurangan yang amat kentara namun sepertinya tidak terlihat. Cerita di mulai ketikaoin merasa bahwa ini tidak adil, kebanyakn dari aku dan teman-temanku berusaha mati-matian untuk mengerjakan ulangan namun yang lain sebut saja “genk ikan” dengan enaknya tinggal melenggang lurus tanpa hambatan bak berjalana di jalan tol, lurus dan lancar. Dengan enaknya mereka menggunakan jasa teman-teman kenalan untuk saling bertukar jawaban. Dan ini membuat aku prihatin melihatnya, merasa sia-sia saja perjuangan yang aku dan teman-teman lakukan. Konflik mulai terlihat ketika aku mulai mengeritik tingkah genk kacang di FB, aku tulis status yang menurut kebanyakan orang terlalu berani dan berbagai pihak merasa tersinggung. Percekcokan beberapa hari terjadi, hampir dari anggota genk kacang menyerang aku dengan kata-kata yang kadang menyakitkan hati ini, mulai dari mengataiku seorang sok suci, sok pinter, egois sampai isi kebun binatangpun di bawa-bawa. Dan sampai saat ini aku jujur belum bisa memaafkan mereka yang telah mencela ku dengan kata-kata aku ini mirip pelacur pasar kembang, anak broken home atau binatang anjingpun mencoba menggantikan namaku.
Cerita ini berlanjut sampai menjelang ujian tiba, pagi hari tepatnya hari jumat, satu genk melabrak aku habis-habisan di depan kelas, mereka meluapkan emosi masing-masing, jujur dalam keadaan itu aku sangat tertekan dan tak ada satupun mereka yang dibelakangku mensuport aku dan mendukung aku. Kemana kalian temanku ? tolong bantu aku, sepertinya itu kalimat yang aku katakan. Haruskah aku yang memulai meminta maaf pada mereka ? sepertinya disini aku yang menjadi pihak yang teraniaya bukan ?
Akhir dari cerita ini adalah akhirnya aku lulus dengan nilai yang baik dan taukah sobat ? aku menyambet peraih niali tertinggi bahasa indonesia dan akuntansi, g nyangka banget, aku bisa dapet niali tertinggi di jurusan aku, Alhamdulilah.
Hikmah dari cerita di atas adalh, dalam melakukan suatu kompetisi hendaknya dilakuakn secara “FAIR-PLAY”. Mau menang atau kalah kejujuran adalah yang terpenting dan menjadi salah satu pelajaran kepribadian bangsa. Kalau dari awal saj g jujur gimana kebelakangannya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar